Colorful Farm

Masih dengan tema zoology, kali ini aku mau mengajak Alya bermain mengenal hewan-hewan ternak. Tentunya tetap disiapkan tray aktivitas seperti biasa. Kali ini aku menggunakan beras berwarna-warni yang akan menjadi lahan tempat para hewan ternak ini berdiri.

Bahan

  • beras
  • pewarna makanan
  • model binatang ternak

Cara mewarnai berasnya juga sederhana, tinggal tuangkan pewarna makanan pada wadah berisi beras. Kemudian tutup wadah dan aduk hingga warna merata dan sesuai dengan warna yang diinginkan. Terakhir, beras yang sudah diwarnai diangin-anginkan supaya kering. Voila! You’re ready to go!

IMG_8423
Colourful Farm

Happy messy playing!

Dwi Mustika Handayani

Independence Day Play!

17 Agustus tahun 45..
itulah hari kemerdekaan kita..
hari merdeka, nusa dan bangsa.. 
hari lahirnya bangsa Indonesia..
merdeka!

Dalam rangka hari kemerdekaan kemarin, aku sengaja membuat permainan yang bertemakan hari kemerdekaan. Di daycare, Alya sudah berkenalan dengan bawang merah dan bawang putih untuk menstimulasi indera visual dan olfaktorinya. Nah, untuk di rumah, aku coba membuat fizzing flag bertemakan Indonesia.

Fizzing flag ini idenya sederhana, yakni membuat 2 buah adonan, masing – masing berwarna merah dan putih, seperti warna bendera Indonesia. Namun, campuran adonannya menghasilkan reaksi kimia berupa desis dan gelembung busa ketika diteteskan dengan larutan cuka.

Bahan-bahan yang diperlukan.

  • tepung terigu serba guna
  • baking soda
  • minyak kelapa, atau minyak lain
  • cuka
  • air
  • pewarna makanan

Cara membuatnya pun tidak sulit, hanya perlu mencampurkan tepung terigu, baking soda, dan minyak kelapa. Adonan diaduk menggunakan tangan. Kemudian dibagi 2, dan salah satunya diberi pewarna makanan merah.

Hasilnya…

IMG_8200
Bendera Indonesia
IMG_8248
It fizzed!

Happy messy playing!

Dwi Mustika Handayani

Beach and Ocean Sensory Play

Panca indera merupakan pintu untuk mengenal dunia.

Merasakan halusnya terpaan angin yang menyentuh kulit, suara burung bernyayi di pagi hari, terangnya sinar matahari pagi, membuat bayi mengerti bahwa hari sudah pagi. Aku percaya bahwa bayi merupakan makhluk yang sangat cerdas yang dapat dengan cepat mempelajari lingkungan sekitarnya melalui berbagai stimulus yang diberikan. Itu sebabnya, aku suka sekali bermain bersama Alya bahkan sejak dia baru berusia beberapa minggu.

Apalagi, pada usia 0-2 tahun, fungsi sensorimotor seorang anak sedang bekerja sangat baik. Maka menghadirkan permainan sensori dan motori bagi bayi merupakan kesenangan dan kebahagiaan tersendiri kami sebagai orang tua untuk mendukung tumbuh kembangnya.

Kemarin, kami membuat diorama pantai dan laut seperti ini untuk dimainkan bersama Alya. All you need is..

  • Waterbeads, rendam dengan air selama 6-8 jam hingga mengembang. Aku menggunakan warna biru dan hijau.
  • Kinetic sand warna natural.
  • Model binatang laut.
  • Tray / nampan plastik (to prepare the activity)
  • Kain untuk alas kerja (filosofi Montessori, to represent freedom with limit)
IMG_8317
Beach and water sensory play

Seru ya? Tidak hanya anaknya yang asik bermain dengan beads, sand, dan animalnya. Orang tuanya jugaaa.

Dicoba ya di rumah, selamat bermain!

Dwi Mustika Handayani

Why Baby Swimming Class?

Yippie! It’s been a month since Alya joined baby swimming class. Kami mengikutkan Alya ke kelas berenang pada usia 5 bulan 3 minggu, tepatnya, dan memilih ikut kelas berenang sungguhan dimana bayi benar-benar masuk ke kolam renang bersama orangtua, tanpa pelampung badan atau pelampung leher.

Ngeri? Kok anak masih 5-6 bulan diikutin berenang? Yakin aman? Kalau kenapa-kenapa, gimana?

Sebentar.. sebentar..

Karena yang paling penting dalam setiap pengambilan keputusan adalah the “WHY?” factor, mari kita flashback sebentar.. bagaimana sih sampai pada akhirnya kami memutuskan untuk ikutan baby swimming class. Sambil ngopi bacanya, boleh..

Ketika berat badan Alya menginjak angka 5kg, kami mulai tertarik untuk mengajak Alya berenang di baby spa. Teman-teman disini pasti sudah familiar dengan baby spa, dimana anak berenang di bak dengan menggunakan neck ring. Gemas yaaa, melihat kaki dan tangannya bergerak lincah di dalam air… Aku juga tidak sabar ingin segera mengajak Alya baby spa. Rencananya saat Alya berusia 3 bulan saja..

Sebelumnya, tentu saja aku dan suami harus research dulu mengenai ini. Tujuannya supaya mendapatkan alasan yang kuat, mencari the WHY factor. Kenapa harus, apa manfaatnya? Seberapa besar manfaatnya, berapa costnya, dlsb. Saat itu kami sudah tau mau mengajak kemana, dan harganya berapa. Tinggal meyakinkan diri bahwa Alya benar-benar akan mendapatkan manfaat yang besar dari aktivitas ini. Tapi entah kenapa aku sedikit ragu tentang keamanan neck ring yang digunakan, mengingat bayi belum bisa menahan berat badan sendiri. Artinya, seluruh berat badan akan terpusat di leher ya?

Mulailah kami meriset tentang keamanan neck ring ini. Usut punya usut (haha), ternyata, tidak ada satu pun swimming expert yang menyatakan bahwa neck ring ini aman! O.. ow… ibu jadi galau. Berikut ini aku cantumkan beberapa pendapat para expert, dilansir dari sini..

“There are no proven benefits to using the inflatable neck rings and there is risk associated with them,” Sarah Denny, MD, pediatrician, Nationwide Children’s Hospital, Columbus, Ohio

Terkait strain pada leher bayi :

“The ring could also potentially put strain on a baby’s neck, which could cause injury”, Sarah Denny, MD

Instruktur renang juga tidak merekomendasikan penggunaan neck ring terkait keselamatan.

“We wouldn’t recommend that you use them,” says Lisa Zarda, executive director of the U.S. Swim School Association. “It should be more about you being in the water with the children.”

Tambahan dari situs ini.

“A neck ring creates a vacuum where the baby is incapacitated and cannot connect with anyone or anything. There are no safe boundaries to touch or feel. Self-expression through body language, which the water ideally facilitates, is lost because movements are restricted.”  Shawn Tomlinson, Birthlight and STA baby swimming tutor

Kesimpulan yang saya dapatkan adalah, penggunaan neck ring ini, walaupun masih banyak digunakan, tidak direkomendasikan baik oleh pediatrician maupun certified swimming instructor, karena justru berbahaya bagi bayi. Well, mungkin kalau digunakan di babyspa yang diawasi, di bak kecil air hangat, hal ini tidak terlalu masalah. Concernnya tinggal pada tekanan yang diberikan pada leher, yang mungkin masih bisa dipantau dari sisi durasi dan frekuensi penggunaan neck ring tersebut. Namun, setelah kami pikir-pikir lagi, apalagi menimbang manfaat dari segi fisik dan emosional, kenapa tidak sekalian saja melatih water safety pada bayi melalui kegiatan berenang? Apalagi selain untuk menstimulasi motorik dan koordinasi pada bayi, kegiatan ini juga bisa menjadi bonding time dengan orang tua karena berenang bersama (tidak hanya menonton dari sisi kolam/bak). Sepertinya, akan lebih banyak manfaat yang didapatkan, dengan biaya yang kurang lebih sama (ujung ujungnya.. economically speaking). =)

IMG_20180708_093417
Belajar backfloating, salah satu skill mendasar dalam water survival.

Akhirnya, kami sepakat dan yakin untuk mengikutkan Alya ke baby swimming class!

Kami mempercayakan pada @splishsplashid untuk kegiatan berenang ini. Alasannya karena dilatih oleh certified instructor dengan biaya yang cukup terjangkau, dan lokasinya accessible.

Yang perlu diperhatikan ketika mulai mengajak berenang adalah..

  1. Do not expect too much!
    Jangan berharap anak tiba-tiba bisa menyelam ke dalam air dengan lincah pada pertemuan pertama. Keep in mind that momen berenang ini adalah momen yang menyenangkan bagi kalian dan bayi. Sambil bernyanyi, peluk, cium, tertawa! Have fun and enjoy the process =)
  2. Be brave and give example
    Karena aktivitas berenang merupakan hal yang baru bagi anak, selalu berikan contoh yang baik. Kita perlu memasukkan kepala lebih dulu ke dalam air sebelum mengajak anak memasukkan kepalanya. Masuk ke kolam lebih dulu sebelum mengajak anak masuk ke dalam kolam. And be brave, moms and dads! Bukankah anak sangat tune in dengan emosi orang tuanya? Jika orangtuanya saja tidak yakin, ragu-ragu, atau takut, apalagi anaknya… hehe.
  3. Safety first.
    Mengenalkan cara turun ke kolam renang dan naik dari kolam renang yang benar dan aman. Hal ini dilakukan secara rutin dan berulang supaya terekam pada diri anak, oh seperti ini ya SOP yang benar ketika akan mulai dan selesai berenang.
  4. Cues!
    Seperti hal nya anak perlu tanda untuk makan atau untuk tidur, anak juga perlu tanda ketika mau berenang dan beraktivitas dengan air. Tanda ini bisa berbeda-beda untuk setiap anak, tergantung orang tuanya maunya bagaimana. Bebas, yang penting konsisten. Misalnya, kalau aku dan Alya tandanya adalah = “Ready… satu, dua, tiga!”, dan konsisten selalu menggunakan tanda itu. Sesaat setelah hitungan tiga, tiup wajah anak (blow) supaya anak memejamkan mata dan belajar untuk hold breathe. Aku percaya anak bayi itu sangat cerdas. Setelah diajarkan tanda seperti itu, sekarang… belum sampai aku blow, bahkan sebelum hitungan tiga, Alya sudah mengambil ancang ancang entah itu merentangkan tangan atau memejamkan mata. Yes, she understands!
  5. Step by step introduction.
    Bagi bayi yang biasanya mandi dengan air hangat, biasanya mereka perlu berlatih merasakan air yang lebih dingin. Aku mulai menurunkan suhu air mandi Alya sejak Alya berusia 5 bulan, sehingga ketika waktunya berenang,Alya sudah mulai terbiasa perlahan. Pengenalan air juga bisa dilakukan dengan cara mengguyur kepalanya ketika sedang mandi, dengan tetap diawali dengan cues nya. Selain itu, banyak juga aktivitas lain untuk pengenalan dengan air, misalnya sambil bernyanyi dan bergerak bersama di dalam air.
  6. Follow the child.
    Sebisa mungkin usahakan anak sudah kenyang dan cukup tidur ketika mau berenang. Namun kalau dia sudah menunjukkan tanda-tanda lelah, mengantuk, lapar, atau kedinginan… segera berhentilah =)

Swim, baby swim! Video by @splishsplashid